Bersyukur = Berbahagia?
Saya pernah menulis tentang bahagia menurut versi saya sebagai seorang ibu. Belakangan tergelitik juga, mencoba untuk memahami diri sendiri dan berpikir ulang, mengingat satu persatu hal-hal yang sudah saya lewati sepanjang hidup. Covid ini memang sudah banyak meluluhlantakkan fisik dan mental hampir semua orang di dunia, termasuk diri saya sendiri.
Saya yang mulai merasa bosan, mudah marah dan kadang merasa 'hidup kok begini banget ya?'. Seakan-akan lupa bahwa saya hidup dalam kondisi yang cukup, tidak pusing mikir besok mau makan apa walau pun menu seadanya. Anak-anak terpenuhi kebutuhannya. Bisa tidur nyenyak tanpa khawatir bocor atau kebanjiran. Saya masih bisa menghibur diri dengan menonton drama, membaca buku atau menggambar. Kesulitan saya paling ketika menghadapi drama anak-anak yang belum berhenti kalau mereka belum tidur. Juga drama mertua vs menantu atau ipar yang belakangan sudah jarang terjadi karena PPKM.
Semalam saya mengobrol dengan salah satu teman yang sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri, beliau senior saya di radio, seorang penyiar dan MC yang sudah beberapa tahun ini membuka bisnisnya sendiri. Single mother yang berjuang untuk kedua anaknya. Saya tahu banget bagaimana dia, gigih, penuh semangat dan energi, meski kadang blak-blakan kalau bicara. Ya tapi saya suka, karena dia gak segan mengkritik secara pribadi (bukan di tempat umum) kalau ada yang salah dengan pekerjaan saya.
Tapi semalam berbeda 180 derajat, tiba-tiba dia kirim pesan melalui Instagram dan mengeluhkan tentang kondisinya yang saat ini masih terbaring di RS karena Covid, sementara anaknya yang perempuan sedang isolasi mandiri di rumah. Dia marah karena sudah vaksin dan taat prokes tetapi tetap kena dan napasnya pendek-pendek. Ini sama dengan kondisi saya ketika pertama kali terkena Covid di tahun lalu, bahkan sampai sekarang pun (sejak Covid yang kedua, Januari lalu) napas saya masih pendek-pendek karena saya juga punya asma sejak kecil.
Dia bingung karena anak buahnya seenaknya karena si bos masih harus diam di RS menunggu hasil sebelum dipulangkan ke rumah. Saya coba hibur dengan menyuruhnya untuk tiktokan (karena dia suka bikin video di tiktok), membaca buku atau menonton film. Dia bilang sudah gak ada semangat lagi. Saya ingin menangis, tentu, karena saya tahu banget gimana dia selama ini. Dia yang selalu menyemangati saya tiap kali saya diomelin GM karena sering bolos rapat yang bentrok dengan jam kuliah saya dulu.
Tapi syukur Alhamdulillah, kondisinya semakin membaik, napasnya sudah mulai normal setelah 13 hari di RS. Dia cerita kalau pertama kali terkena Covid, dia gak bisa napas panjang dan rasanya kayak mau mati. Ya memang begitu, begitulah parahnya Covid. Bersyukur masih bisa diberi kesembuhan dan gak lewat lalu terbujur kaku dan terbungkus plastik ๐ข.
Jujur sebelum dia DM saya, saya rasanya sedih gak karuan entah buat apa sedihnya? Saya terlalu mikir apa yang belum terjadi, sampai gak fokus sama kebahagiaan yang ada di depan mata. Saya tetap menyemangati dia, mengingatkan kalau anak-anaknya menunggu di rumah. Anggaplah Covid ini bentuk kasih sayang Allah karena meminta kita untuk beristirahat dari kesibukan dunia, kembali lagi ke Allah dan berusaha meraih cinta-Nya. Ya kita harus banyak-banyak bersyukur. Bersyukur karena masih bisa bernapas walaupun hidung dan mulut harus tertutup masker.
Alhamdulillah temannya sudah mulai membaik, semoga lekas sembuh ya mbak.
ReplyDeleteSemoga mbak Naia juga semakin berbahagia. Berbahagia itu mudah mbak, asal semua keinginan terpenuhi dan duit banyak itu sudah bahagia.๐๐๐
Naahh masalahnya kalau duit nggak banyak berarti nggak pernah bahagia dong Gus....๐คฃ๐คฃ๐คฃ๐คฃ
DeleteTerus kalau keinginan tak tercapai berarti nggak bahagia juga dong...๐คฃ๐คฃ๐คฃ๐คฃ
Ya iyalah kang, misalnya keinginan kita itu ingin gembira tapi dapatnya sedih, ya tidak bahagia dong.
DeleteKita ingin senang tapi tahunya malah susah, tidak bahagia juga kan.
Kalo duit banyak, hitung saja sebagai bonus.๐
Yaa udeh besok gw bakar Lilin dah....Ente yang keluar, Ntar bagi dua hasilnya.๐คฃ๐คฃ๐๐๐๐
DeleteAamiin, makasih do'anya mas Agus
DeleteIntinya hidup itu dinikmati mpok, Memang terkadang adakalahnya hidup itu ada senang ada sedih, Selama kita menjalani itu semua dengan ikhlas dan tetap semangat menghadapi segala rintangan... Pastinya kita akan semakin mengerti akan rasa syukur itu sendiri.๐๐
ReplyDeleteBaik, Buruknya sesuatu kehidupan atau masalah, Jangan pernah kita menyia-nyiakannya dengan terlalu banyak atau seringnya berkeluh kesah. Karena semua yang terjadi pastinya akan ada hikmah serta pelajaran yang kita dapatkan meski terkadang semua itu harus kita lalui dengan penderitaan..๐
Dan dengan bersyukur jika kita mau telusuri lebih dalam lagi betapa hidup itu sangat indah dan menyenangkan.๐๐
Contoh sederhananya...Badan kita sehat bisa menghirup udara segar itu sesuatu anugrah dari tuhan yang luar biasa bukan....Ketimbang orang yang sakit sesak napas dan harus memakai oksigen, Bahkan era sekarang orang harus mengantri untuk satu buah tabung oksigen. Bahkan selalu berharap ingin lekas sembuh dari itu semua.๐๐
Jadi dalam hidup ini tidak ada yang sia-sia atau sesuatu hal yang tak menyenangkan. Kalau mau kita renungkan...Sebuah musibah mungkin suatu jembatan bagi kita agar selalu tetap mengingat akan arti bersyukur atau pelajaran untuk masa depan menuju bahagia. Meski sebenarnya kebahagian itu tetap sederhana.๐
:-)
DeleteKenapa jawabannya cuma :) ๐๐๐
DeleteUdah panjang komennya, gak perlu jawab panjang lagi, Mas.. Hehehhehe
Deletemudah mudahan kawan yg dianggap kakak tu,,segera sembuh seperti biasa ya naia.
ReplyDeletememang benar..biasa yg saya dengar orang yg sudah terkena covid jika sembuh covid boleh kembali lg..
nak hilang makan tahum atau mungkin tak akan hilg..huhuuu..simpati saya pada yg sudah terkena covid19 ini.
Aamiin, terima kasih do'anya, kak Shida.. Sihat2 selalu kak Shida and Family di Malaysia ^_^
DeleteSaya masih mencuba macam2 therapy untuk mengembalikan indra penciuman, kak. Alhamdulillah Allah masih beri kesempatan untuk sihat kembali pasca Covid, hanya perlu bersabar sikit je.
Salam buat temannya, mbak. Semoga lekas sehat.
ReplyDeleteAku pun juga gitu. Sudah cukup taat prokes. Selalu pake masker. Sudah vaksin pula. Qodarullah, masih kena covid heheheh
Aamiin, terima kasih, Do. Gimana kondisimu sekarang? Sudah sehatkah? Semoga lekas pulih ya. Adekku jg baru aja selesai isoman, alhamdulillah udah negatif tapi masih harus nunggu 3 bulan lg buat vaksin.
DeleteKasian juga yah temannya kak nai,, di covidkan padahal sdah vaksin..!!!
ReplyDeleteBtw setuju sih kak sama pendapatnya, klo kita bersyukur kita bakal bahgia,, jika bnyak ngeluh pasti merasa menderita
bukan dicovidkan, tapi memang covid beneran. Ada penjelasannya kok kenapa ada org yg sudah vaksin tapi malah kena covid, info valid sudah banyak ya di medsos. Tapi alhamdulillah sembuhnya lebih cepat.
DeleteKita boleh berbeda pendapat soal covid, yg mau vaksin, gak mau vaksin ya gpp, tapi jangan lupa tetap prokesnya dijalanin. Supaya situasi gawat ini cepet lewat. (ini dibacanya pake nada halus ya, soalnya aku ngetiknya juga sambil senyum, hehehe) takut nanti ada yg bilang aku ngegas (tepokjidat) karena bahasa tulisan bisa jadi multitafsir.
Tadi pagi ayah dari salah satu sahabatku juga meninggal karena paru-parunya sudah putih semua dan beliau belum vaksin.
Bener Lul, banyak2 bersyukur. Kalo mengeluh boleh aja asal gak tiap hari.. heheehhe
Haha ampun bu dokterr.... Masalahnya aturan prokesnya suka bercanda,, masa iyya sekolah dilarang sholat d mesjid dibatasi bahkn dilarang pas hari raya... Sedangkan mall, pasar, org kawinan, pemilu, bisaaa.. Whatt??? Emangnya covid milih2 tempat dan situasi yah untuk nyebar... #akugakngegas yah hihi
DeleteTurut berduka cita kak nai atas meninggalnya ayah dr sahabatnya,, tp itu meninggalnya gak di covidkan yahh karena udah jelas karena paru2... Klo di klaim meninggalnya covid behh bener2 biadab tuh tenaga medis
Bukan dicovidkan, memang covid dan dibawa ke RS lalu hasilnya paru-paru sudah putih semua. Saturasi ngedrop, jadi benar-benar bergantung sama oksigen.
DeleteKata siapa cuma mesjid? Hehehehe temen-temenku udah setahun lebih gak bisa ke gereja, gak bisa ke kuil. Orang bikin resepsi kawinan di sini juga gak boleh karena termasuk zona hitam dan merah, kalopun ada kayaknya itu cuma kalangan atas yang punya uang untuk mangkir macam artis yang disiarin di TV.
Kalau soal pemilu, ya itu urusan pejabat lah ya. Kita cukup menjaga diri kita sendiri dan keluarga, gak usah fokus sama orang lain yang abai. Toh banyak juga dari kalangan artis dan pejabat yang kena karena kebodohan mereka sendiri.
Kalau di balik gunung macam tempatnya abangku yang memang warganya gak pernah wara-wiri ke kota, mereka gak ada yang pakai masker, karena mereka gak ketemu orang luar. Hidup mereka juga lebih sehat, makanan alami dari yang mereka tanam, sering kena sinar matahari karena pekerjaan mereka bertani dan berkebun. Jadi gak bisa dipukul rata.
Ikut senang kalo kondisi temannya sudah membaik ya mba :). Semoga bener2 Cepet pulih.
ReplyDeleteHidup manusia itu sudah tertulis takdirnya. Ga ada yang tahu si A bakal hidup seperti apa, meninggal kapan dll. Apalagi sejak pandemi ini, banyak teman dan kluargaku, yang dari lingkaran dekat pula, meninggal setelah berjuang Krn covid. Jujur itu memang bikin aku drop tiap denger kabar dukacita.
Tapi stelah dipikir lagi, ga ada satu pun kejadian tanpa hikmah di baliknya. Mungkin ini cara Allah utk negur manusia yang sombong, yg suka lupa Ama penciptaNya. Yang suka menghina orang lain, merusak alam dll. Sakit itu penggugur Dosa. Aku msh percaya pandemi ini pengingat buat siapapun utk LBH taat ke Tuhan, tapi juga saling support temen dan kluarga yg butuh bantuan, dan mendukung program 5M dan vaksin. Tanpa saling mensupport, hanya mau egois sendiri nyalahin pemerintah, pandemi ini bakal lama selesainya.
Untuk yg sehat, bersyukur masih diksh nikmat itu. Krn pasti banyak di antara kita yg baru sadar, nikmat sehat itu , nikmat yg paling berarti dibanding materi :).
Betul mbak Fanny, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah, ya.
DeleteSaya setuju dengan saling support, terlepas percaya atau tidaknya orang tentang Covid. Mudah2an pandemi ini segera berlalu, sudah kangen rasanya menghirup udara bebas di luar tanpa harus waswas seperti sekarang.
Alhamdulillah semoga yg baik2 sahaja untuk si teman... barangkali kita rasa kitalah yang palingsusah di kala pandemik ini. padahal di luar sana lagi ramai yang menderita dan susah... semoga yang baik2 untuk kitap๐๐
ReplyDeleteAamiin..
Delete