; Libur Lebaran - SayaNaia

Libur Lebaran

Halo, Assalamu'alaikum, apa kabar? Mohon maaf lahir batin ya untuk semua teman-teman pembaca setia blog sayanaia di mana pun teman-teman berada. Semoga selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin


Alhamdulillah masih bisa berkumpul bersama Aki, Nini dan keluarga


Alhamdulillah tahun ini libur lebaran agak panjang ya, ketimbang tahun lalu. Dan tahun ini juga Idul Fitri terasa lebih meriah dari tahun lalu dan 2 tahun sebelumnya. Kebayang dong gimana serunya bisa berkumpul bersama keluarga tercinta. Alhamdulillah juga 3 keponakan saya dari Purwakarta bisa ikut berkumpul di Jakarta.

Seperti biasa kalau hari pertama lebaran saya di rumah mertua dulu, karena hanya keliling satu RT saja.  Begitu agak siang biasanya saya segera ke rumah orang tua saya, karena kami keluarga super besar jadwal silaturrahim padat merayap. Dalam satu minggu belum tentu selesai mengunjungi keluarga, kerabat, guru-guru.  




Aki lagi cerita masa perang dulu


Dan Alhamdulillah lagi, tahun ini ayah bisa mewujudkan keinginannya untuk mengunjungi sanak saudaranya di Cianjur. Saya pun terakhir ke Cianjur waktu masih SD, lupa kelas berapa. Kalau orang tua saya sempat beberapa kali ke sana tetapi saya tidak bisa ikut karena urusan kerjaan yang benar-benar tidak bisa ditinggal pada saat itu.

Sudah pasti yang pertama saya tanya adalah kali besar di belakang rumah aki 😆. Sayangnya kalinya sudah mulai kotor karena banyak warga yang membuang sampah sembarangan. Padahal dulu kali itu tempat saya dan sepupu mandi, dan setelah itu kita minum air kelapa dan makan daging buah kelapa di samping rumah Aki. Seruuu..


padi menguning







Kami datang ke rumah Aki dan Nini tanpa pemberitahuan. Benar saja, sampai sana semua menangis karena memang kami sudah lama sekali tidak berkunjung. Dan yang saya kaget, ternyata semua masih ingat saya 🙈. 

Banyak yang bertanya dari mana hubungan kekerabatan kami? Waktu kecil dulu saya pernah diceritakan oleh kakek dan nenek, tapi ya anak kecil ingatannya samar-samar. Dan kemarin disegarkan kembali oleh Aki. 

Dulu itu sekitar tahun 1938 ketika perang masih bergejolak di Indonesia, nenek buyut, nenek saya dan kakek samping (adiknya nenek) melarikan diri dari Jakarta, sementara salah satu adiknya (diduga kembaran kakek samping) dibawa ayahnya ke Kalimantan dan entah bagaimana kabarnya saat ini. Nenek buyut secara kebetulan beristirahat di mushola yang pada saat itu masih saung, nenek saya dan adiknya main air di dekat saung. 

Selama beberapa hari bapaknya Aki memperhatikan mereka, sholatnya rajin tak pernah terlewat katanya. Sampai akhirnya nenek buyut diajak masuk ke rumahnya. Nenek tumbuh besar di sana sebelum akhirnya kembali ke Jakarta dan menikah dengan kakek yang pada saat itu baru saja meninggalkan pekerjaannya sebagai tentara di Angkatan Laut. Alhamdulillah sampai sekarang kami menjadi keluarga layaknya keluarga sedarah. 😭 Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan menerima segala amal baik serta beliau ditempatkan di surga-Nya. 

Ya bisa dibilang Bapaknya Aki ini berjasa banget bagi keluarga kami. Bukan keluarga kandung tetapi mereka mau membantu dengan tulusnya. Dulu sewaktu kakek dan nenek saya masih ada, kami cukup sering mengunjungi keluarga di Cianjur, saya sempat bertemu dengan Bapaknya Aki yang saat itu sudah cukup tua. 

Mudah-mudahan setelah ini kami masih bisa berkunjung lagi ke sana. Maunya sih bareng-bareng dengan sepupu yang lain biar lebih seru. Dan kebetulan hari ini sepupu rame berkunjung kesana setelah kaget melihat status whatsapp saya liburan di sana beberapa hari yang lalu 😆.


Naia Djunaedi
Naia Djunaedi Betawi - Cirebon - China - India - Arab Maklum. Ibu dari 3 anak, ex Radio Script Writer, ex Journalist, Bookworm, Senang menonton drama dan film, Ambivert, Senang menertawakan kehidupan, Terlahir dengan wajah jutek dan aslinya memang galak sih.. Hehehehe. Open Comission for art on Instagram or e-mail

10 comments for "Libur Lebaran"

  1. rame ya punya keluarga besar.. bersyukur banget tahun ini lebaranya bisa berkumpul lagi dengan sodara jauh, mengingat dua tahun lalu kita cuma dirumah aja :D

    emang ya mba, kadang keluarga yang ga sedarah itu bisa baiknya melebihi keluarga yang sedarah, bersyukur mba naiya punya keluarga itu... maaf lahir batin juga mba kalo selama ini aku ada salah kata saat komentar :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hooh Nif, resikonya keliling silaturrahim nya kadang gak cukup cuma seminggu. Ayahku kebetulan kenalannya banyak banget.. di mana2 ada kayaknya dan secara gak sengaja jadi kayak keluarga. Itu mungkin ya beda orang zaman dulu dengan zaman sekarang..

      Maaf lahir batin juga ya..

      Delete
  2. Duh ... Kok bunda haru membacanya ananda Naia. Memang sering begitu. Kadang saudara sedarah pun belum tentu memperhatikan kita. Apalagi yang tua2 sudah tiada. Pulang2 tak punya duit banyak pula. He he ... Hebat. Semoga ukhuwah Islamiah tetap terjalin. Selamat sore, ananda. Salam Idul fitri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. Insya Allah, bunda. Setelah dewasa saya baru menyadari mengapa dulu orangtua sering memaksa anak-anaknya untuk ikut keliling silaturrahim lebaran yang seakan gak ada habisnya.. hehehe

      Delete
  3. Halo mbak Naia, mohon maaf lahir dan batin juga kalo banyak salah selama ngeblog.🙏🙏🙏

    Baca ceritanya jadi ingat dengan kisah orang tuaku. Dulu orang tuaku pernah bertani di kota sebelah karena sewa tanahnya lebih murah. Disana orang tuaku akrab dengan nyi Reni penduduk setempat karena sering bantu disawah, begitu juga anak anaknya.

    Aku ingat dulu waktu anaknya nyi Reni mau menikah bapak sama ibu membantu bahkan menginap di rumahnya. Pokoknya sudah seperti keluarga sendiri.

    Dan Alhamdulillah waktu lebaran kemarin tahun 2022, salah satu anak nyi Reni silahturahmi ke rumahku biarpun ibunya (nyi Reni) sudah lama meninggal dunia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, semoga silaturrahimnya terus terjalin ya, Mas..

      Delete
  4. Salah satu hal yg dirindukan kalau lebaran emang ngumpul bareng ama keluarga besar ya mbak, apalagi setelah 2 tahun pendemi dan ga boleh kemana2.

    Tapi emang bener mba, kadang saudara yg ga ada hubungan darah bisa jadi lebih dekat by heart daripada yang ada hubungan darah, karna ya itu, choice by heart, dekat dari hati, bukan karna ikatan darah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mbak. Krna permulaan hubungan saudara tanpa ikatan keluarga kan biasanya berusaha saling kenal n memahami satu sama lain, lama² dekat dan seperti keluarga sendiri. Beda dgn yg sudah terikat, kadang² suka komentar seenaknya krna merasa kenal lama tapi belum tentu benar² tau pribadinya seperti apa

      Delete
  5. Hai mbaaa, punya keluarga besar itu sebenernya asyiiiik banget. Tiap ada momen spesial gini, apalagi semua bisa kumpul, ya Allah seneeeng banget. Bisa saling cerita zaman kecil dll 😄. Aku termasuk yg berasa dari keluarga besar, teutama pihak mama, yg anak bungsu dari 12 sodara 🤣. Tapi sayangnya generasi selanjutnya pada ga mau lagi punya anak banyak yaaa, cth aja aku 😂. Jadi makin kesana, aku yakin ga bakal bisa serame skr tiap kumpul2.

    Terkadang Yaa hubungan keluarga yg walopun ga ada hubungan darah, tapi bisa lebih Deket drpd yg sedarah. Aku juga ngalamin kok dalam keluarga besar. 😅. Yg gini niiih yg bikin hubungan jadi renggang dan lebih akrab ke saudara lain yg hubungan darahnya LBH jauh atau ga ada samasekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe iya seru, sekarang juga sepupu2 anaknya gak banyak2 banget kok. Tapi karena dulu cucunya kakek total 50 orang, ya otomatis udah beranak pinak jadi banyak2 juga sih, apalagi udah ada keponakan yang jg punya anak, makin rame. Aku pun geleng2 tiap ditanya uwak2ku kenapa blm punya anak lagi? hahahaaha.. tiga aja cukuplah, biar maksimal ngerawat mereka.

      Aku juga ada geng dari tahun 2007 sampe sekarang yang udah kayak keluarga besar, meski pandemi tapi kita masih suka becanda di WAG. Mudah2an ada kesempatan buat kumpul2 lagi..

      Delete

Post a Comment