; Stealing Phoenix - Joss Stirling - SayaNaia

Stealing Phoenix - Joss Stirling

Judul Buku  : Stealing Phoenix 
Penulis        : Joss Stirling
Penerjemah : Dina Begum
Penyunting  : Shara Yosevina
Penerbit       : Bhuana Sastra
Tebal           : 348 Halaman
ISBN           : 978-602-455-295-4
Tahun terbit : 2018




Halo apa kabar? Seperti janji saya sebelumnya, kali ini saya mau me-review novel Stealing Phoenix, kelanjutan dari novel Finding Sky karya Joss Stirling. Masih sama dengan novel Finding Sky, novel Stealing Phoenix ini masih bercerita tentang pencarian pasangan jiwa anak-anak dari keluarga Benedict. Masih ingat kan dengan anak-anak keluarga Benedict? Ada Trace, Uriel, Victor, Will, Xavier, Yves dan Zed. Kalau kemarin di Finding Sky bercerita tentang Zed, nah novel Stealing Phoenix ini bercerita tentang Yves Benedict.

Pencarian pasangan jiwa kali ini terjadi secara tidak disengaja. Awalnya Phoenix mengincar barang bawaan dari para pelajar Amerika yang saat itu sedang mengunjungi stadion Olimpiade London. Sasarannya kali ini adalah pria jangkung, dengan rambut hitam legam berkulit kecokelatan yang tampak sangat percaya diri. Phoenix mencoba berbaur dengan para pelajar tersebut dan berpura-pura bahwa ia datang terlambat. Bisa dibilang, Phoenix merasa sangat beruntung karena ia belum pernah sekalipun masuk ke jalur yang sama dengan jalur yang dilintasi oleh obor Olimpiade, tidak pernah, sekalipun untuk sekedar menonton pertandingan. Phoenix memiliki impian untuk bisa mengikuti olahraga jenis apapun, tapi tentu saja itu tidak mungkin terjadi. Karena keahlian gadis itu adalah mencopet, menyambar dengan anggun, lalu kabur dengan sukses. 

Pemandu wisata melambaikan payung dan memberi isyarat para pelajar agar mereka memasuki ruang oval luas di stadion. Phoenix berusaha untuk tetap fokus dan mendekati pria sasarannya. Oh tidak! Ia terlalu tampan, dengan bentuk hidung seperti dipahat, alis berwarna gelap, dan tulang pipi yang membuat para perempuan iri!

Gadis itu meraih pola mental orang-orang seisi ruangan, lalu ia menghetikan waktu! Ya, Phoenix adalah bagian dari kaum savant yang memiliki talenta yang sayangnya ia gunakan untuk melakukan kejahatan. Dan ia tidak menyadari bahwa sasarannya kali ini adalah Yves Benedict, yang juga memiliki talenta yang tidak diketahui oleh Phoenix. Pola yang dilemparkan oleh Phoenix rasanya seperti sensasi tidak sadarkan diri akibat obat bius, lalu tersentak bangun lagi tanpa mengingat kejadian apapun setelahnya.

Phoenix hidup diantara kaum savant, orang-orang yang memiliki persepsi sensor dan talenta ekstra. Savant hidup karena dari waktu ke waktu ada manusia yang dilahirkan dengan kelebihan. Kelebihan tersebut seperti berbicara melalui telepati, memindahkan barang hanya dengan pikiran atau telekinesis, dan ada juga yang bisa mengacaukan isi kepalamu dan memaksa orang lain untuk melakukan keinginannya. 

Setelah menghentikan waktu, gadis itu dengan segera merogoh ransel targetnya, lalu mengambil iPad dan iPhone milik Yves. Namun bukannya pandangan kosong seperti yang biasanya terlihat dari para korbannya selama ini, pria itu menyadari apa yang sedang terjadi, dan terlihat kemarahan yang membara di balik kacamata surya yang ia kenakan. Dengan panik, Phoenix berlari keluar dari stadion, ia bersembunyi di balik roda kendaraan berat. Bukannya memanggil polisi, laki-laki itu malah mencarinya. Ketika Phoenix memeriksa barang hasil curiannya, ia merogoh kedalam tas dan merasakan panas di dalamnya, ponsel dan tablet itu terbakar! Ia membuang tasnya jauh-jauh dan merasakan tangannya yang nyeri karena terbakar. Kemudian ia berlari cepat sambil menahan rasa sakit.

Karena tidak bisa mengumpulkan barang hasil curiannya, Phee, alias Phoenix harus menemui ketua kelompoknya, yang mereka sebut Sang Peramal. 
Kedua kakaknya, Unicorn dan Dragon mendorong Phee untuk melaporkan detail kejadiannya kepada Sang Peramal. Mau tidak mau, gadis itu menceritakan apa saja yang telah terjadi hari ini dan mengapa ia gagal membawa pulang barang curiannya. Phee mendapat tugas baru untuk kembali mencuri barang milik Yves dan tentu saja ia mendapat hukuman berupa tidak diperbolehkan makan dan minum sampai ia bisa membawa pulang hasil curiannya yang baru.

Phee kembali menyusup ke dalam kelompok Yves, kali ini ia ke kampus Queen Mary College. Tujuannya sama, mencari pria yang menjadi targetnya kemarin dan kembali mencuri apa yang ada di balik ranselnya. Namun setelah kejadian itu, Yves malah menyadari bahwa Phoenix adalah pasangan jiwanya. Gadis yang sudah mencuri barang-barang berharganya kemarin adalah pasangan yang ia cari selama ini.. 😱

Gemas, gadis itu belum menyadari hal ini dan masih saja berusaha untuk mendekati Yves dan berusaha untuk kembali mencuri darinya. Ketika berusaha menghentikan waktu, Yves malah menangkap Phee dan mengatakan semuanya kepada Phee, perihal pasangan jiwa. Apa sih? Apakah ini khayalan atau bualan? Karena lagi-lagi tidak berhasil, Sang Peramal berusaha menjebak Yves dengan mengambil kesempatan melalui Phee yang sudah diketahui kelompoknya bahwa ia adalah pasangan jiwa Yves. Sang Peramal memanfaatkan situasi ini untuk bisa menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kaum savant yang masuk dalam jaringan FBI, untuk menghindari catatan kejahatan mereka diketahui oleh FBI. Yves pun tidak bisa mengelak karena ia sangat takut kehilangan Phee..

Kira-kira bagaimana ya nasib Yves dan Phoenix? Lengkapnya bisa langsung baca novel Stealing Phoenix ya.. Saya takut spoiler.. 😜
Naia Djunaedi
Naia Djunaedi Betawi - Cirebon - China - India - Arab Maklum. Ibu dari 3 anak, ex Radio Script Writer, ex Journalist, Bookworm, Senang menonton drama dan film, Ambivert, Senang menertawakan kehidupan, Terlahir dengan wajah jutek dan aslinya memang galak sih.. Hehehehe. Open Comission for art on Instagram or e-mail

No comments for "Stealing Phoenix - Joss Stirling"