The Girls of Riyadh - Rajaa Al Sanea
Judul Buku : The Girls of Riyadh
Penulis : Rajaa Al Sanea
Penerjemah : Syahid Widi Nugroho
Editor : Mehdy Zidane
Penerbit : Ufuk Publishing House
Tebal : 408 halaman
ISBN : 979-1238-56-4
Penulis : Rajaa Al Sanea
Penerjemah : Syahid Widi Nugroho
Editor : Mehdy Zidane
Penerbit : Ufuk Publishing House
Tebal : 408 halaman
ISBN : 979-1238-56-4
Kisah nyata persahabatan empat orang gadis di Riyadh, Arab Saudi, bernama Qamrah, Michelle, Shedim dan Lumeis. Kisah nyata itu diungkapkan melalui pesan-pesan elektronik yang dikirimkan kepada Rajaa, penulis buku ini.
Qamrah adalah gadis pertama yang melepaskan ikatan persahabatan mereka dengan pernikahan yang tidak dikehendakinya. Qamrah menikah dengan laki-laki bernama Rasyid atas perjodohan kedua orang tuanya. Ketiga temannya berlinang air mata dan menatap iri kepada Qamrah yang sudah menikah lebih dulu, sementara Qamrah memasang senyum palsu di balik kesedihan hatinya.
Shedim, sahabat Qamrah sejak mereka kelas dua di sekolah yang sama, merasa sedih karena harus berpisah dengan Qamrah. Ia berlinang air mata, karena setelah Qamrah meninggalkan gedung pernikahan, ia dan suaminya akan pergi berbulan madu ke Italia, dan selanjutnya menetap di Amerika mengikuti Rasyid yang masih harus menyelesaikan program doktoralnya.
Pada tahun kedua di Sekolah Menengah, Qamrah dan Shedim bertemu dengan Michelle yang baru saja pindah dari Amerika mengikuti kedua orang tuanya. Michelle pun akhirnya menjalin persahabatan dengan Qamrah dan Shedim. Karena Michelle tidak mahir berbahasa Arab yang merupakan bahasa pengantar di sekolah mereka, setahun kemudian Michelle pindah ke sebuah sekolah internasional yang menggunakan bahasa Inggris. Di sekolah baru inilah Michelle bertemu dengan Lumeis Jadawy, seorang gadis Hijaz yang besar di Riyadh. Pada akhirnya Lumeis pun berkenalan dengan Qamrah dan Shedim dan mereka berempat menjadi sahabat dekat.
Setelah pernikahan Qamrah, ketiga sahabatnya berharap mereka menjadi orang yang terakhir menikah. Karena bagi mereka, pernikahan adalah kematian bagi kebebasan, kreatifitas dan persahabatan yang menyebabkan sesal dan duka cita.
Setelah pernikahan Qamrah, banyak laki-laki yang mencoba melamar Shedim melalui bibinya, Badriyah. Dari semua laki-laki tersebut, bibi Badriyah memilih Walid untuk menjadi calon suami bagi keponakannya itu. Namun ketika acara resepsi pernikahan tinggal menunggu hari, Walid menghilang dan tidak memberi kabar kepada Shedim, sampai akhirnya orang tua Walid menyerahkan surat pembatalan pernikahan bagi Shedim dan Walid.
Sementara Rasyid berubah drastis sejak menikah dengan Qamrah, ia dengan tegas menolak dan menyakiti hati istrinya. Padahal sebelum pernikahannya dulu, Qamrah dan keluarganya merasa sangat beruntung dan terhormat atas pinangan Rasyid. Ia memberikan mas kawin yang nominalnya belum pernah dirasakan oleh anggota keluarga besar Qamrah. Tetapi seiring berjalannya waktu, banyak kekecewaan dan hal-hal baru yang menyakitkan.
Qamrah memang belum sepenuhnya mengenal Rasyid, karena kedua orang tua mereka sepakat untuk tidak mempertemukan mereka sebelum peresmian ikatan pertunangan. Keluarga Qamrah memegang tradisi lama yang melarang calon pengantin berkomunikasi sebelum mereka resmi terikat pernikahan. Bagi keluarga Qamrah, pernikahan seperti permainan judi semangka di atas pisau. Bila beruntung, mereka akan mendapat semangka yang manis. Tetapi bila tidak beruntung, semangka yang terbelah oleh pisau terasa pahit, bahkan busuk.
Michelle bertemu dengan Faishal dan mereka menjalin hubungan selama setahun lebih. Meski begitu, mereka tetap menjaga hubungan mereka tetap suci dan tidak rusak oleh nafsu. Namun hubungan mereka terganjal, ibu Faishal tidak menyukai Michelle yang aslinya bernama Misyail. Ibu Faishal menganggap Michelle hanya gadis dari Amerika yang tidak pantas untuk anaknya, baginya Michelle seperti gadis liar kebanyakan yang salah dalam bergaul.
Lalu bagaimana dengan Lumeis? Buku ini lumayan tebal dan agak membingungkan bagi saya. Mungkin karena penulis menceritakannya seperti melompat lompat, dan dengan gaya penulisan dalam surat elektronik. Tapi buku ini cukup jelas menggambarkan sisi lain dari pergaulan remaja di timur tengah yang selama ini tidak terungkap.
No comments for "The Girls of Riyadh - Rajaa Al Sanea"
Post a Comment