; Heidi - Johanna Spryi - SayaNaia

Heidi - Johanna Spryi

Judul Buku     : Heidi
Penulis           : Johanna Spryi
Penerjemah    : Mutia Dharma
Penerbit          : Atria
Tahun Terbit    : April 2010
Tebal              : 398 Halaman
ISBN              : 978-979-1411-72-1








Halo, siapa di sini yang suka membaca novel klasik? Saya suka banget novel klasik, ceritanya gak lekang sepanjang masa. Apalagi kalau tokoh utama adalah anak-anak, wah makin suka deh. Tapi kesulitan membaca novel klasik itu kalau kebetulan saya hanya dapat versi inggrisnya, karena ada banyak penggunaan kalimat slang yang saya gak paham artinya. Makanya bersyukur banget kalau buku-buku tersebut sudah ada versi terjemahan. Terima kasih banyak gak terhingga deh buat para kakak yang sudah menerjemahkan buku-buku luar dengan sangat baik. Kalian luar biasaaaa.. Hehehe

Buku Heidi ini sudah lama saya baca, tapi ya biasalah baru ingat kalau ternyata belum pernah diresensi. Dan untuk teman-teman penyuka novel klasik pasti sudah pernah membacanya juga ya. 

Heidi, anak perempuan yatim piatu dibawa oleh bibi Dete, adik kandung sang ibu, ke desa Dorfli. Bibi Dete bermaksud menitipkan pengasuhan Heidi kepada sang kakek yang tinggal di lereng gunung Alm. Namun penduduk sekitar tahu bahwa pria tua itu tidak menyukai anak-anak, bahkan ia tidak pernah bergaul dengan warga di desanya. Bibi Dete terpaksa melakukan ini karena ia mendapatkan pekerjaan di Frankfurt, setelah sebelumnya ia sempat menolak pekerjaan itu karena tidak bisa meninggalkan Heidi sendirian. 

Paman Alm adalah kakek Heidi, itu sebabnya bibi Dete berpikir sebaiknya Heidi tinggal bersama sang kakek. Saat ini usia Heidi sudah 5 tahun, bibi Dete merasa tugasnya untuk menjaga dan merawat Heidi sudah selesai. Sementara ketika bibi Dete sedang berbincang dengan tetangga paman Alm, Heidi sudah berjalan jauh mengikuti Peter, seorang anak yang bekerja sebagai penggembala kambing.

Mereka akhirnya sampai di pondok paman Alm yang berdiri di atas batu yang mencuat ke depan, dengan pemandangan seluruh lembah berada di bawahnya. Gunung-gunung terlihat berjajar di kejauhan, dengan berbagai tanaman indah tumbuh di sekitarnya.

Bibi Dete memberanikan diri untuk menyerahkan Heidi kepada kakeknya. Meski pada awalnya sang kakek merasa kesal, ia tetap tidak bisa menolak cucunya sendiri. Kakek menyuruh Heidi masuk dan menyimpan pakaiannya di lemari. Heidi berkeliling rumah dan memutuskan untuk tidur di loteng tempat penyimpanan jerami, karena dari situ ia bisa melihat pemandangan bukit di bawahnya melalui jendela. Kakek menyiapkan kasur Heidi dari tumpukan jerami yang tebal dan membentangkan kain sebagai alas untuk tidur. 

Dengan cepat, Heidi bisa beradaptasi di rumah kakek. Bahkan, sang kakek yang terkenal tidak mau mengenal orang terlihat sangat perhatian dan menyayangi Heidi. Kakek menyadari bahwa cucunya adalah anak yang pintar dan sangat ceria. 

Heidi sangat menyukai suasana di sekitar rumah kakek, dan segera saja ia dan Peter menjadi sahabat. Setiap hari, ia menemani Peter untuk menggembala kambing. Di atas bukit, tempat kesukaan Heidi, gadis itu mengumpulkan banyak bunga di dalam celemeknya. Heidi menyukai udara segar pegunungan dan hamparan bunga yang menebarkan wangi, ia ingin selamanya berada di tempat itu.

Ketika usia Heidi 8 tahun, seorang pendeta mendatangi kakek Alm dan membujuknya agak mau mengirim Heidi ke sekolah. Namun kakek bersikeras bahwa cucunya tidak perlu mempelajari apa pun karena ia sudah tahu banyak hal. Kakek takut jika sesuatu yang buruk menimpa Heidi karena ia tahu betapa lemahnya ibu Heidi, Adelaide, ia takut Heidi akan mengalami hal yang sama seperti ibunya. Terlebih orang-orang yang tinggal di desa  di bawah bukit juga tidak menyukainya, ia khawatir orang-orang itu juga akan membenci Heidi.

Lalu tiba-tiba bibi Dete datang dan mengatakan ingin membawa Heidi ke Frankfurt. Kakek yang sangat menyayangi Heidi mengusir bibi Dete dan menyuruhnya berhenti untuk membujuk Heidi agar mau ikut bersamanya. Heidi menolak, namun bibi Dete memaksa Heidi untuk pergi ke Frankfurt, di sana Heidi akan menemani seorang anak yang sedang sakit bernama Clara. Heidi menyukai Clara, namun ia juga merindukan kakek dan rumahnya di gunung. 



Naia Djunaedi
Naia Djunaedi Betawi - Cirebon - China - India - Arab Maklum. Ibu dari 3 anak, ex Radio Script Writer, ex Journalist, Bookworm, Senang menonton drama dan film, Ambivert, Senang menertawakan kehidupan, Terlahir dengan wajah jutek dan aslinya memang galak sih.. Hehehehe. Open Comission for art on Instagram or e-mail

15 comments for "Heidi - Johanna Spryi"

  1. Selamat membaca Naia :)
    saya singgah sini..apa khabar?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, kak Shida. Alhamdulillah sihat, kak

      Delete
  2. Saya belum pernah membaca buku Heidi, tetapi saya menonton kartun itu setiap kali saya menemukannya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah iya, saya jadi teringat dengan film kartun Heidi, terima kasih sahabatku ^_^

      Delete
  3. cantiknyaaa ilustrasinya... sy sukaaa������

    ReplyDelete
  4. Cucu kalau sudah diasuh kakek/nenek, mereka sangat sedih dikala suatu saat cucunya dipisahkan darinya. Saya pernah mengalaminya. Ngasuh cucu mulai usia 7 bulan. Umur 3,5 th diambil Emak dan bapaknya. Cucu pun tak mau berpisah sama kami. He he ... Kok jadi curhat panjang. Selamat malam, ananda Naia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak apa2 bunda. dulu almarhumah mama saya juga begitu. Kalo anak saya menginap kesana pas libur sekolah, senangnya bukan main, tapi begitu liburan selesai, mama bisa sampai sakit kalo kangen sama si kakak. Padahal jarak dari rumah saya ke rumah mama cuma 10 menit kalau gak macet. Hehehehe

      Delete
  5. Saya belum pernah baca buku klasik sih kak nai... Tp jdi pensaran ceritany seru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba aja cari di ipusnas, siapa tau ada. Kalo suka sama cerita petualangan anak-anak sih biasanya bakal suka baca ini. Hehehehe

      Delete
  6. Zaman sekolah suka juga baca novel klasik. Tapi minat tu dah berubah lebih suka baca komik. Novel klasik ni penceritaannya berkisarkan zaman tinggal di kampung dan aktiviti berkebun macam tu kan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak, tentang hidup di desa tapi juga ada perjalanan panjang ke kota mana saja, dan biasanya cerita sedih lebih banyak daripada cerita bahagia. Novel grafis juga banyak yang bagus, kak Fiza.

      Delete
  7. Sukaaaaaa banget Ama cerita Heidi ❤️❤️. Apalagi kalo baca yg buku bergambar nya. Melihat pegunungan, trus makanan2 yg dimakan Heidi, ya ampuun aku langsung ngayal mba, coba yaaa bisa tinggal di pegunungan gitu :(. Ga bosen2 baca Heidi ini. Sayang bukunya ada di Medan. Aku pengen bacain buat anakku

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga suka mbak, cuma yang di rumah adanya buku ini aja. Udah langsung kebayang gitu ya suasana pegunungan, bunga2, bukit2 terjal. Kebetulan waktu kecil suka liburan di rumah asisten mama di Sukabumi, sering naik gunung, masuk hutan. Hahahaha seru banget deh. Minta tolong kirim ke Jakarta gak bisa mbak?

      Delete

Post a Comment