Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta - Indonesian Movie
Hai hai, apa kabarnya teman-teman semua? Ini kalimatnya diputer-puter aja biar gak bosan. Hehehehe. 2 minggu lalu saya iseng buka aplikasi kuning untuk menonton drama, tapi akhirnya saya malah menonton Film (lagi). Kali ini film Indonesia, sudah lama deh gak nonton film dari negeri sendiri. Saya tertarik setelah menonton trailernya, kayaknya bagus. Tapi apakah beneran bagus? Hehehe simak ulasan saya ya..
Salah satu yang membuat saya tertarik menonton film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta ini karena berpikir bahwa film ini bertema sejarah. Saya selalu tertarik dengan sejarah, entah dari buku, artikel, bahkan film dokumenter. Ditambah lagi deretan para aktris dan aktor hebat yang sudah tidak diragukan lagi kemampuan aktingnya. Tentu ini menjadi nilai tambah dalam sebuah film.
Kisah dimulai ketika seorang pemuda bernama Rangsang (Marthino Lio) yang tengah bertarung dalam latihan silat di padepokan Ki Jejer (Deddy Sutomo). Pemuda itu merasa tidak ada yang benar-benar berani bertarung dengannya, hingga tiba-tiba datang seseorang bertopeng dan membuat Rangsang terjatuh dan kalah. Namun ketika hendak mengejarnya, orang tersebut sudah pergi. Ki Jejer bergumam bahwa akhirnya yang hilang sudah kembali pulang.
Rangsang yang tidak terima karena ia dikalahkan begitu saja bermaksud untuk mengejar sang lawan, tetapi ia dicegah oleh sahabatnya, Kelana. Namun tak butuh waktu lama, Kelana akhirnya mengetahui bahwa yang melawannya di padepokan adalah Lembayung (Putri Marino). Lembayung adalah anak gadis dari kepala desa yang diam-diam disukai oleh Rangsang. Kelana terus mengingatkan Rangsang agar melupakan Lembayung karena perbedaan status mereka yang terlalu jauh.
Suatu kali utusan dari keraton mengunjungi padepokan dan meminta agar Rangsang segera kembali ke keraton karena sang ayah, Sri Baginda Panembahan Hanyokrowati berpulang. Lembayung yang juga menyukai Rangsang, menyadari bahwa tidak ada tempat lagi baginya. Karena sebagai putra mahkota, Rangsang sudah dijodohkan dengan putri Adipati Batang (Anindya Kusuma Putri).
Para petinggi istana menghendaki agar Rangsang menjadi Raja, menggantikan ayahnya yang sudah mangkat. Namun, Raja terlanjur berjanji kepada istri pertamanya, Gusti Ratu Tulungayu (Meriam Bellina) jika suatu saat sang Raja meninggal dunia, maka Pangeran Martopuro yang akan menggantikannya. Sementara Rangsang adalah anak dari istri kedua Raja, Gusti Ratu Banowati (Christine Hakim). Yang membuat para pejabat istana ragu adalah kondisi Pangeran Martopuro yang dikhawatirkan akan membuat kerajaan Mataram menjadi lemah. Akhirnya Pangeran Rangsang diangkat menjadi Raja bergelar Panembahan Hanyokrokusumo yang sekarang dikenal sebagai Sultan Agung (Ario Bayu), setelah sesepuh pendiri kerajaan Mataram menemukan adanya keganjilan dari kematian sang Raja yang ternyata didalangi oleh Ratu Tulungayu.
Setelah Sultan Agung memimpin Mataram, ia menyatakan perang melawan VOC yang saat itu dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen. Semata-mata karena ia tidak mau Mataram jatuh ke tangan VOC seperti halnya Batavia.
Film ini cukup bagus, namun sayangnya tokoh Lembayung (diperankan oleh Putri Marino dan Lembayung dewasa oleh Adinia Wirasti) yang sering muncul dalam cerita sebenarnya tidak pernah ada dalam sejarah. Tokoh ini hanya buatan sang sutradara saja. Dan banyak peristiwa sejarah yang justru tidak diangkat ke dalam film.
Ini bukan berarti akting Rasti tidak bagus ya. Saya hanya menyayangkan dan sangat kecewa karena cerita yang tidak ada dalam sejarah, malah mendapat porsi cukup besar dalam film ini.
Namun yang film ini mengingatkan kembali akan ajaran yang dibawa oleh Sunan Kalijaga tentang 7 golongan manusia berdasarkan ketergantungannya terhadap materi.
Yakni:
- Brahmana : Golongan yang paling unggul dibandingkan dengan golongan yang lain. Mereka rela meninggalkan materi dan berbakti hanya kepada Tuhan, seperti ulama, pertapa dan pendeta.
- Ksatria : Golongan yang mengabdikan diri untuk negara dan sama sekali tidak memiliki kekayaan pribadi.
- Waisya : Golongan petani, tabib yang tugasnya menumbuhkan tanaman dan menyembuhkan manusia.
- Candala : Golongan yang hidup dari membunuh makhluk lain yakni tukang jagal sapi atau pemburu.
- Sudra : Golongan yang bergantung pada materi dan kekayaan, yakni saudagar, tuan tanah.
- Mleca : Golongan yang hidupnya berpindah-pindah setelah menyedot sumber daya dari suatu tempat sampai habis, kemudian berpindah lagi ke tempat yang baru.
- Tuja : Golongan yang hidupnya selalu merugikan masyarakat dan keberadaannya sangat meresahkan, seperti orang-orang yang senang merampas hak orang lain, koruptor, penjahat, perampok, pembunuh.
Nasihat yang diberikan Ki Jejer berdasarkan ajaran Sunan Kalijaga: Hidup itu yang pertama kali adalah berguru, yang kedua mengabdi kepada sesama, saling menghormati, bersembahyang (shalat) kepada Tuhan untuk kesempurnaan.
Kalau tokoh Lembayung hanya tokoh rekaan jangan-jangan waktu sultan agung muda belajar di padepokan Ki Jejer itu juga hanya rekaan dan Ki Jejer juga hanya seorang tokoh rekaan?
ReplyDeleteHanya tokoh Lembayung saja yang rekaan, Mas. Ada banyak literatur mengenai Ki Jejer, bisa mas Herman cari di internet. Hehehe. Sementara untuk tokoh Lembayung tidak ada catatan dalam literatur mana pun.
DeleteKita beda di bagian ini, ananda Naia. Otak bunda kurang mampu menangkap pelajaran sejarah dari dahulu. Dan lebih parahnya sekarang. He he ... Dasar nenek-nenek Pe LU PA .... alias kurang nyambung. Selamat sore. Terima kasih telah berbagi kisah.
ReplyDeletehehehehe gak apa2 bunda, saya juga pelupa.. Banyak baca banyak lupa.. hehehe
DeleteCerita kisah sejarah lama kadangkala menarik juga untuk ditonton. Selalu tengok KDrama hampir lupa ya mahu tengok Movie negara sendiri :)
ReplyDeletekebetulan saya terakhir ke bioskop itu sudah sekitar 7-8 tahun yang lalu, kak Fiza, sementara film Indonesia kan baru bisa ditayangkan setelah 5 tahun tayang di bioskop. Dan kebetulan di beberapa aplikasi yang saya ikut berlangganan di TV mahu pun online jarang sekali ada film Indonesia yang terbaru, jadi agak kurang update juga dengan film di negara sendiri :-D
DeleteWah kita beda mbak Naia, kalo mbak sukanya sejarah, kalo aku sukanya duit hehehe (duit teroooosss.😂)
ReplyDeleteJadi ini ceritanya tentang masa muda sultan agung sebelum diangkat sebagai raja ya.
Menurut yang pernah aku baca, jika sebuah film yang dibuat untuk kepentingan komersial atau mendapatkan keuntungan maka wajar saja kalo ada tokoh yang tidak ada dalam sejarah tapi memiliki peran penting, karena agar menarik minat penonton, dan biasanya alur ceritanya dilebih-lebihkan agar dramatis.
Film Titanic juga dibuat berdasarkan catatan sejarah tenggelamnya kapal Titanic, tapi tokoh Jack yang jadi karakter utama itu menurut catatan tidak ada penumpang yang naik Titanic bernama Jack.
Lalu apakah ada film yang dibuat sama dengan catatan sejarah dan banyak yang nonton?
Oh ada mbak, judulnya G30S PKI. Itu jadi box office tiap 30 September.😆
Kabor ah sebelum dilempar bakiak.🏃🏃💨
hahaha btw film G30SPKI itu salah satu tontonan wajibku sampai akhirnya sama sekali gak boleh tayang di TV lho, Mas Agus. Beda ya kalau Titanic kan gak ada hubungannya dengan tema kepahlawanan, silakan saja kalau mau dibuat cerita sedemikian rupa. Tetapi kalau film yang berhubungan dengan cerita hidup pahlawan, rasanya gak pas kalo cerita fiktif yang disajikan lebih banyak ketimbang fakta sejarah itu sendiri. Hehehehe. Jadi aku nontonnya sambil gregetan gitu karena kebetulan sudah baca2 sejarahnya duluan..
Delete