; MENGENAL KAMPUNG CIPEDAK - SayaNaia

MENGENAL KAMPUNG CIPEDAK


Halo teman-teman blogger, bagaimana kabarnya? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat ya. Hari ini saya akan membahas sedikit tentang salah satu sejarah wilayah yang ada di Betawi yakni wilayah Cipedak.

Cipedak merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, wilayah ini merupakan pemekaran dari kelurahan Ciganjur. Secara geografis wilayah Cipedak di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Srengseng Sawah, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tanah Baru (Depok), sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Krukut (Depok) dan sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Gandul (Depok) dan kelurahan Ciganjur.

Asal usul nama Cipedak atau Kampung Cipedak seringkali diasosiasikan dengan nama buah cempedak (Artocarpus Integer), sejenis buah-buahan yang mirip dengan buah nangka, mungkin karena lafal bunyi penyebutan yang hampir mirip. Namun ternyata nama Cipedak sendiri jika ditelaah secara etimologi terdiri dari dua buah kata yakni  kata Ci, yang dalam tataran bahasa sunda berarti air / sungai, seperti halnya dengan nama nama wilayah berawalan Ci lainnya di Jakarta, sedangkan kata Pedak jika berdasar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti  binatang berbisa (mungkin maksudnya ular), berdasarkan dua kata tersebut, maka Cipedak berarti sungai yang ada ularnya. Hal ini bukan tidak mungkin karena di wilayah ini banyak sungai kecil dan berawa-rawa yang pastinya juga terdapat binatang berbisa seperti ular.

Nuansa Betawi di kampung ini masih kental terasa, pagelaran festival budaya dan kesenian banyak diselenggarakan secara swadaya oleh warganya. Upacara adat seperti pernikahan, khitanan serta hari besar keagamaan selalu ditempelkan unsur-unsur Betawi.

Ciri khas lain, di Kampung Cipedak terdapat Rumah Sakit Ali Sibroh Malisi yang diambil dari nama dokter Ali Sibroh Malisi, sosok putra Betawi yang telah lama membuka praktek pengobatan di wilayah Ciganjur. Rumah sakit ini bernuansa budaya Betawi dimana selain arsitekturnya yang bergaya Betawi, ruangan pengobatan atau paviliun yang terdapat di dalamnya pun menggunakan nama-nama para ulama yang berasal dari Betawi.

Pada April 2015 Kampung Cipedak dimasukkan ke dalam lima wilayah Jakarta Selatan sebagai tempat pengembangan dan pelestarian budaya dan kearifan lokal Betawi. Pembagian Kelima wilayah tersebut, yaitu daerah Kemang dengan palang pintu, Cipulir serta Ulujami dengan silat beksi, Asem Baris Tebet dengan bermacam wisata kuliner, dan Tegal Parang dengan kerak telor sedangkan Cipedak sendiri sebagai tempat pengembangan dan pelestarian kesenian gambang kromong.

Pada tahun 2019, Kampung Cipedak dinobatkan sebagai Kampung Alpukat karena di kampung ini terdapat varietas alpukat yang berbeda dengan alpukat di daerah lain. Alpukat Cipedak ini memliki tekstur daging buah yang lembut dengan rasa buah gurih dan manis, kulit buahnya dapat dikupas seperti mengupas kulit pisang yang matang. Keunggulan lainnya pohon alpukat Cipedak ini memiliki zat yang dapat menghalau hama yang merusak tanaman seperti hama ulat sehingga perawatannya mudah dan dapat berbuah dalam jangka waktu 2,5 - 3 tahun saja.


Naia Djunaedi
Naia Djunaedi Betawi - Cirebon - China - India - Arab Maklum. Ibu dari 3 anak, ex Radio Script Writer, ex Journalist, Bookworm, Senang menonton drama dan film, Ambivert, Senang menertawakan kehidupan, Terlahir dengan wajah jutek dan aslinya memang galak sih.. Hehehehe. Open Comission for art on Instagram or e-mail

10 comments for "MENGENAL KAMPUNG CIPEDAK"

  1. Oh ternyata kampung Cipedak itu singkatan dari Ci dari bahasa Sunda yang artinya Cai atau cairan, eh air maksudnya.

    Sedangkan Pedak dari kata Bedak karena ceweknya suka pakai bedak, awalnya Cibedak, lama-lama jadi Cipedak, sama seperti Jayakarta lama-lama jadi Jakarta ya mbak.πŸ˜„

    Wah mantap juga tuh alpukat Cipedak, mungkin tanahnya mengandung bedak makanya cepat berbuah dalam 2,5 tahun.

    Kaboorrr πŸšΆπŸƒπŸ’¨

    ReplyDelete
  2. Bunda rasa mungkin semua alpukat memiliki zat penghalau hama, ananda Naia. Buktinya alpukat yang hidup di Kerinci sini juga tak pernah ketemu buahnya yang ada ulat. Khususnya di kebun bunda. Sedangkan buah jengkol dan petai banyak sekali ulatnya. Terima kasih telah berbagi kisah. Inspiratif dan menambah wawasan. Selamat malam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin tanah dan udara juga berpengaruh, bunda. Karena saya pernah makan buah alpukat dan ada ulatnya, hehehe. Kalau untuk jengkol, saya pernah dengar jengkol yang berasal dari Kalimantan termasuk jengkol dengan kualitas terbaik dibanding dari daerah lain.

      Delete
  3. Aku taunya yg mirip nangka itu cempedak mbak hihihi kalau cipedak baru denger ini malah

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya itu kan disebut di atas, Mbak. 'Cipedak seringkali diasosiasikan dengan nama buah cempedak, sejenis buah-buahan yang mirip dengan buah nangka, Hehehhe

      Delete
  4. wkwkwkk....kak nai...aku baru tau loh cipedak ini ga ada hubungannya sama cimpedak...soalnya tadi aku mikirnya ada hubungannya sama cempedak nangka kecil itu...ternyata malah lebih ke sungai yang kemungkinan besar ber ular....oh...ulaaaar???

    dan di situ ada rumah sakit yang menjunjung tinggi tradisi betawi...keren juga sih...

    kalau ulujami aku malah inget dulu pas awal ada pembukaan tol turun lapang lipuran ke situ ...wkwkwkkw...pas blom ada mobil lewat

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk, ternyata jauh ya.. masih banyak yang lain sih, cuma blm sempat nulis yang agak panjang lagi.

      Delete
  5. Unik nama kampungnya sempena nama buah. Agak seram bila dikatakan banyak ular. Terkenal pulak dengan jus alpukat. Sudah pasti kalau datang sini mesti rasa jus alpukat yang dikatakan sedap lain dari yang lain.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak, di kawasan ini masih banyak kebun dan danau rawa, terkadang ada ular, biawak, mesti hati2 betul

      Delete

Post a Comment