Apakah Usia Hanyalah Angka?

Halo Juli, wah gimana nih kaum rebahan, lagi asyik scroll instagram, facebook, reels, tiba-tiba udah lewat setengah tahun aja 😅. Gimana dengan resolusi awal tahun yang sudah teman-teman rancang? Sudah mulai ada perubahan? Atau masih diam di tempat? Semangat  terus ya, belakangan ini hidup kayaknya terasa agak berat bagi sebagian orang, tapi bukan berarti kita nyerah dong? Jangan nyerah ya, tetap semangat sesulit apa pun jalan yang harus ditempuh. 

Hidup saya gimana? Ya masih gini-gini aja sih, rutinitasnya masih sama. Tapi selama anak-anak libur sekolah, saya bisa agak santai karena gak harus ribet nyiapin bekal makan siang anak-anak jam 4 pagi. Alhamdulillah juga si kembar sudah dapat sekolah dan insya Allah bulan depan mulai masuk ke sekolah dasar. Walau pun gagal masuk di sekolah pilihan pertama karena umur mereka kurang 3 bulan! Tapi syukurnya 'emaknya' bisa berlapang dada dan menerima. Lho kok emaknya? 😆 Karena emaknya mau si adik-adik ini bisa masuk di sekolah yang sama dengan kakaknya dulu, karena tahu kualitas bapak dan ibu guru di sana yang benar-benar bagus mendidik anak-anak. Tapi sekolah yang ini gak kalah bagus kok, hanya saja bukan sekolah dengan basic agama seperti kakaknya dulu.

mereka hanya mirip

Oh iya ngomongin soal sekolah, ada yang menarik dari obrolan saya dengan bapak gojek yang kebetulan hari ini mengantar saya pulang ke rumah untuk mengambil lukisan dan beberapa pesanan dari teman-teman. Bapaknya ini cerita kalau anaknya tidak bisa masuk ke SMA unggulan di wilayah beliau tinggal karena masalah usia. Mengapa? Karena usia tertua yang diterima nyaris 24 tahun! Serius? Saya kaget dong 😆. Saya pikir masalah usia ini cuma ada di tingkatan sekolah dasar aja, ternyata enggak! Si bapak juga cerita kalau nilai rata-rata anaknya tinggi, 93! Hebat ya. Tapi nilai sebagus itu pun gak bisa membuat anaknya masuk ke sekolah negeri yang dia mau karena kendala umur!

Saya jadi deg-degan, gimana dengan kakak ya nanti. Tahun ini anak sulung saya sudah kelas 8, tapi saya sudah bingung karena dia berencana masuk ke SMA negeri, bukan lanjut ke MAN yang satu jalur dengan sekolahnya saat ini di MTsN.  Tahun lalu saja dia gak masuk seleksi zonasi di SMPN karena usianya belum 13 tahun di bulan Juni, sementara usia termuda di smpn sekitar 13 tahun 10 bulan. Wah

Makanya saya bersyukur dia bisa masuk lewat seleksi jalur madrasah dan nilainya mencukupi karena persaingannya sangat ketat saat itu. Apalagi jalur reguler nilai sidaniranya lebih tinggi dari nilai si kakak saat itu. Ceritanya di sini . 

Bagaimana dengan cerita adik-adik kembar? Bisa dibilang mereka masih beruntung karena bisa diterima di sekolah dasar negeri pilihan mereka, setelah sekolah pertama yang juga mereka mau. Sementara di SDN wilayah Srengseng Sawah untuk usia tertua itu 10 tahun 11 bulan! Otomatis teman-teman si kembar yang usianya pas-pasan 7 tahun atau di bawahnya, banyak yang terpental dan harus rela masuk ke sekolah lain yang jaraknya agak jauh dari rumah masing-masing. 

Usia ini tentu berpengaruh ya ke jenjang sekolah selanjutnya, yakni SMP dan SMA. Bagaimana tanggapan teman-teman soal ini? Apakah ada diantara teman-teman yang pernah mengalami ini? Boleh cerita di kolom komentar ya 😊