Memanjakan Anak Vs Membuat Anak Menjadi Manja
Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun tidak jarang kita malah kebablasan memenuhi semua permintaan anak. Alasannya ya itu tadi karena ingin anak-anak mendapatkan yang terbaik. Tetapi apa yang kita lakukan itu sudah tepat?
Di sini saya hanya ingin membahasnya seperti obrolan ringan khas ibu-ibu ya, yang minim pengalaman dan ilmu. Jadi jangan ada perdebatan di antara kita. Setuju? 😉
Saya ingin bercerita sedikit tentang pola asuh yang saya lakukan di rumah kepada anak-anak. Saya bukan tipe ibu yang mudah memberi apa yang anak saya mau, tetapi saya akan memberi jika mereka butuh. Bedakan ya, mau dan butuh. Ketika anak saya meminta dibelikan perlengkapan menulis atau barang-barang yang berkaitan dengan keperluan sekolah, pasti akan saya upayakan untuk segera memberi kebutuhan tersebut untuk mereka. Tetapi kalau itu hanya sebagai hiburan misalnya top up game, atau membeli mainan yang mereka suka, saya akan bertanya dulu kepada mereka mengapa mereka merasa perlu untuk membeli? Apa usaha mereka untuk bisa mendapatkan itu?
Seringkali saya dicap pelit, perhitungan dll oleh orang-orang terdekat. Bagi mereka, kalau orang tua sayang, berarti orang tua 'wajib' memberi semua yang anak minta. Lalu mereka juga punya alasan yang tidak masuk akal 'namanya juga anak-anak'. Apakah memang harus begitu?
Bagi saya, bentuk kasih sayang kepada anak adalah, anak harus diajari bagaimana cara mereka menjalani hidupnya dengan baik. Mereka harus bisa bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Basic skill alias kemampuan dasar di rumah seperti mencuci pakaian dalam, mencuci piring setelah makan, atau membereskan mainan harus bisa mereka lakukan. Kalau untuk cuci piring saat ini baru berlaku buat kakak ya karena kembar belum sampai tingginya. Jadi tidak ada istilah pekerjaan rumah harus dilakukan oleh anak perempuan saja.
Dalam hal ini pun saya juga sempat disebut kejam karena meminta kakak untuk melakukan pekerjaan kecil di rumah. 😆 Saya hanya mendengarnya saja, tak perlu memasukkannya ke dalam hati bukan? Bagi saya, ini adalah bentuk rasa sayang saya kepada anak-anak. Saya kadang memanjakan anak-anak dengan cara yang berbeda, misalnya memasak makanan atau cemilan sehat yang mereka suka, membacakan buku cerita, ya sesekali membelikan mainan jika mereka banyak melakukan hal baik, tetapi saya tidak pernah menjanjikan apa pun kepada anak-anak. Ini agar mereka tidak mengharap pamrih dengan kebaikan yang mereka lakukan di rumah. Saya juga berharap, kelak mereka bisa lebih menghargai apa yang mereka dapatkan dengan upaya mereka sendiri.
Memanjakan anak dan membuat anak menjadi manja adalah dua hal yang berbeda.
keren! Kak Nai patut jadi ibu tauladan dalam hal ketegasan terhadap si kakak dan si kembar...Mbul harus banyak belajar dari kakak 😍
ReplyDeleteahahaha enggak kok Mbul, aku bukan ibu yang sempurna buat anak-anak. cuma mengikuti pola asuh yang orangtuaku terapkan ke kami dulu
DeleteBiarkan saja kata² org lain.. yg penting kita tau bagaimana nak membentuk anak² kita... saya pun bagi tugasan kerja² rumah pada anak².. ada keja adalah 'habuannya'... barulah boleh mempertimbangkan apa yg mereka request
ReplyDeleteIya kak, suatu saat anak-anak akan mengerti mengapa mereka harus mampu mengurus keperluan mereka sendiri. Akan sangat terasa kalau mereka tinggal berjauhan dengan kita kelak
DeleteNahh setuju mba.. berikan yang mereka butuhkan, bukan yg mereka mau.
ReplyDeleteKalo kemauan mah ga habis habis, dan sepakat, anak akan jadi manja. Hehee.
Pun sama dengan kita yg orang dewasa ini, tak semua keinginan kita harus kita penuhi. Kecuali kebutuhan, bolehlah yaa 😀😊
hehehe iya, bangkrut kalo semua diikutin.
Deletepedulikan kata kata orang. mereka tidak memahami cara didikan kita terhadap anak anak. kita manjakan anak anak bersebab. kerana kita mahu mereka belajar menghargai.
ReplyDeleteiya kak, mudah-mudahan anak-anak bisa tumbuh menjadi anak yang baik dan pengertian
DeleteSoal didik mendidik anak mungkin saya gak begitu paham ya.
ReplyDeleteSelama ini yang saya perhatikan dari orang tua saya, bila orang tua memberikan saya sesuatu pasti sesuatu itu sangat bermanfaat untuk saya.
Yang tertanam di benak saya sejak kecil “Orang tua saya paling gak mau saya neko-neko”.
Jadi gak ada istilah saya dikasih sesuatu untuk kesenangan, tapi kalo saya dikasih sesuatu pasti untuk kepentingan.
Seribet itu ya jadi orang tua.
Seperti Bu Naia, yang selalu dianggap terlalu pelit atau apalah kepada anaknya, tapi dibalik itu semua akan ada karakter-karakter tangguh nantinya.
Soal basic skill, seperti mencuci pakaian saya paling males banget. Sebenarnya saya bisa tapi karena efek dari mak saya yang terlalu rajin nyuci, jadi manjanya dicucikan baju kebawa sampe merantau. (Untung di rantauan ada kang laundry)
Duh kebiasaan komen saya kepanjangan. 🙏🙏🙏
Aamiin.
DeleteAhahaha gpp mas, sekarang zaman sudah praktis yang penting cucian bersih. Hitung2 berbagi rezeki juga kan kalo kita memakai jasa laundry?
Sepakat, ananda Naia. Saya juga begitu. Dengan sekali2 menolak untuk membelikan barang yang tidak penting, anak2 akan terlatih untuk menerima penolakan. Maknanya mereka belajar mrmahami, bahwa tidak semua kehendaknya harus berlaku.
ReplyDeletenah iya bunda, belajar menerima penolakan. Ini penting sih, jadi mereka gak akan mudah sakit hati ketika dewasa nanti
Deletememang bener enggak semua harus dituruti, untuk yang butuh pasti wajib dituruti, soalnya kalau dituruti semua anak jadi menuntut semua yang dipengenin karena dituruti oleh orang tuanya
ReplyDeletebetul, Mas. Semoga anak-anak kita semua bisa menjadi anak yang tangguh ya
Delete