Bagaimana Pola Asuh Yang Baik?
Hai-hai, apa kabar semuanya? Semoga dalam keadaan sehat ya. Aamin. Saya tuh sering banget dapet pertanyaan dari teman-teman saya soal pola saya dalam mengasuh anak-anak. Padahal sih saya bukan tipe ibu yang ikutin banget pola pengasuhan dari ahlinya. Di rumah, saya cuma menerapkan pola asuh yang sama seperti orang tua saya mengasuh saya dan kakak/adik saya dulu. Benar-benar simpel banget.
Ada salah satu teman saya yang pernah berkomentar, 'Duh, anak-anakmu tuh ujian banget ya buat kamu'. Lantas saya jawab kalau saya gak pernah merasa bahwa ketiga anak saya itu ujian, saya malah bersyukur banget dapet titipan dari Allah yang kebetulan hobinya protes, banyak tanya dan super aktif.
Saya menganggap itulah kelebihan dari anak-anak saya. Mereka protes kalau ada sesuatu yang menurut mereka aneh atau gak sesuai dengan apa yang mereka pikir. Itu tandanya mereka sudah mulai memahami kalau hal ini seharusnya begini, dan yang itu harusnya begitu. Tinggal saya dan papanya deh yang kasih penjelasan kalau tidak semua hal harus sama dengan pandangan mereka, selama itu gak menyalahi aturan yang sudah ada.
Hobi mereka bertanya memang kadang bikin pusing, apalagi kalau mereka nanya hampir tiap waktu, dan semuanya ditanyain! 😑 Tapi gimana ya? Masa mau diomelin?. Jadi selama saya bisa menjawab, saya akan coba jawab. Tapi kalau sudah mentok, saya minta waktu untuk istirahat sebentar sambil cari-cari tahu kadang ngedumel 'Ini tuh harusnya dijawab gimana sih?!' 😆 Kalau sudah benar-benar mentok, ya tinggal lemparin ke suami, biar dia yang jawab. 😜
Anak banyak bertanya, tandanya mereka cerdas, otaknya sedang berkembang. Mereka pingin lebih banyak tahu apa yang mereka belum tahu. Jadi kurang bijak kalau disambut dengan marah-marah karena kita pusing. wkwkwk. Tapi pusingnya ibu-ibu itu wajar kok, apalagi hampir semua beban dari pekerjaan domestik rumah tangga dipegang semua oleh ibu. Pasti kepikiran 'Ya ampun gue udah capek banget masih ditanyain ini-itu'. Pegangan dulu biar gak oleng 😅.
Dan alhamdulillah-nya lagi, anak-anak saya super aktif, apalagi kembar yang usianya 4 tahun, dan sudah mulai menolak tidur siang sejak umur 2,5 tahun. 😅 Entah mengapa kayaknya mereka merasa rugi banget kalau harus tidur siang, kan enak bisa main bareng saudarinya daripada harus merem rebahan di kasur.
Anak-anak yang aktif tandanya mereka sehat, insya Allah bahagia juga. Ya sebagai orangtua pasti sering merasa capek pas lihat mereka mondar-mandir, nyanyi-nyanyi, main bareng, berantem, damai, main lagi, berantem lagi, damai lagi. Begitu aja terus sampai Sun Go Kong berhasil selfie bareng kitab Suci di Barat 🙈. Jujur nih ya, saya pun kadang berasa pegal-pegal lho lihat mereka mondar-mandir, kok mereka kayak gak ada capeknya ya?
Kalau prinsip saya dan suami, yang terpenting anak-anak dapat asupan pendidikan agama yang baik. Kami berusaha sebaik mungkin (walaupun belum sempurna) untuk memberi contoh kepada mereka. Tidak menggunakan kata-kata kasar atau main tangan ketika menegur saat mereka salah. Memberi pujian yang wajar saat mereka berhasil menyelesaikan sesuatu walaupun hal kecil. Mengucapkan terima kasih walaupun mereka cuma membantu mengambilkan tisu. Tetapi ada hukuman juga kalau mereka mulai rusuh berantem, tujuannya supaya mereka sadar kalau berantem itu gak ada manfaatnya. Ya iyalah buuu, gak ada satu pun pakar yang bilang kalau berani berantem itu baik.. 😁
Pola pengasuhan tiap keluarga itu beda-beda, kita gak bisa memaksa orang lain untuk ikut pola asuh yang kita terapkan di rumah. Kan tipikal anak kita juga beda-beda. Kalau saya mengikuti apa yang mama dan ayah saya lakukan dulu ke kami, anak-anaknya. Ada juga keluarga yang menerapkan didikan yang keras, disiplin, dll. Tapi balik lagi, semua itu cuma mereka yang tahu, bisa jadi anak-anak mereka memang butuh pola asuh seperti itu. Atau mungkin orang tua mereka juga menerapkan pola asuh yang sama sebelumnya. Kita gak bisa menilai itu baik atau buruk, karena kita kan gak sehari-hari, 24 jam memantau kehidupan keluarga orang lain.
Gak jarang saya juga sering dapet komentar buruk, dianggap tidak bisa mengurus anak, dll. Tapi ya sudah, tiap orang tua punya pola asuh sendiri, dan gak ada orang yang berhak menilai itu salah atau benar, selama tidak ada kekerasan yang membahayakan mental dan fisik anak-anak. Kita kan gak tahu ya, siapa tahu orang tua yang kelihatannya disiplin banget, keras banget sama anaknya, ternyata sehari-hari lembut sama anaknya, gak pernah kasar. Tapi begitu anaknya melakukan kesalahan yang fatal, barulah dia agak keras dengan tujuan supaya anaknya bisa disiplin.
Apa yang terlihat dari luar itu belum tentu mencerminkan isi dibaliknya. Iya kan? Kayak lontong yang dibungkus daun pisang, begitu dibuka , digigit, ada yang teksturnya lembut, tapi begitu gigitan kedua bikin megap-megap karena ada cabe rawit merah alias cabe setan lalu setan pada protes karena gak pernah merasa menanam cabe yang sekarang rajin dikonsumsi manusia, nyempil di dalamnya. Ada yang teksturnya garing cenderung keras, dibanting gak ancur karena kebanyakan pake bleng 😆 begitu digigit ternyata rasanya enak. Ada juga yang begitu dibuka bungkusnya langsung hancur, rontok beserta isinya, tapi rasanya juga enak. Duh hancur perutku gara-gara lontong 😫.
Saya masih terus belajar, masih ada trial dan error. Mudah-mudahan anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang baik, yang peduli dengan lingkungan di sekitarnya, bisa memberi contoh yang baik kepada semua orang. Sudah dulu ya. Tetap sehat dan bahagia, ya teman-teman..💕
Adik saya, cara ngasuhnya juga sering ngajak ngomong dan nyanyi. Malah saya sering ngeliat anak2nya diajakin ngayal. Misal pura2 lagi bikin kolam, ini ga boleh diinjek, dsb.
ReplyDeleteTerus terang kosa-katanya lebih banyak dibanding dengan anak2 sodara2 saya yang lain.
Terima kasih ya sudah mampir :-), seru ya pasti punya keponakan yang pinter. Ini hampir sama sih kayak yang saya lakuin di rumah, tapi gak sering. Kebetulan kembar pun kalau main berdua pasti lebih nyambung dengan berkhayal, nyanyi-nyanyi. Tapi nikmati aja, itu tandanya mereka bahagia.
Delete